sebuah kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Serang. Sebuah daerah
yang subur dan banyak menghasilkan berbagai macam buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Mancak yang identik dengan duren (durian). Sering di sebut
kampung Duren, karena Mancak tempat penghasil buah durian. Ribuan pohon
durian berjejer di setiap perkampungan/kampung yang memiliki alas-alas (
istilah orang Mancak; kebun).
Saat musim panen durian, Mancak banyak dikunjungi para pelesir yang hobi
makan durian dibawah pohonnya, atau beli di pohon, sambil menunggu
jatuh dari pohonnya. Sepanjang jalan seperti di kampung Kemang,
Cipeucang dan Belokang. Pohon duren berjajar di sepanjang jalan. Musim
durian tahun ini sangat memuaskan.
Bukan hanya durian saja, di alas ditanami berbagai macam pohon yang
buahnya memiliki nilai jual yang cukup bagus, seperti; pohon petai,
jengkol, malinjo, rambutan, dukuh, pucung, nangka, pisang, papaya,
singkong, dan pohon-pohon lainnya.
Hari minggu pagi aku jalan-jalan menghirup udara segar. Honda Beat, ku
pacu melewati pasar Mancak yang ramaynya hari senin dan kamis pagi,
sorenya sudah kembali sepi, tidak seperti pasar-pasar di kota yang
selalu ramai dari pagi sampai sore, misalnya; pasar Rawu. Kemudian aku
melewati kantor camat Mancak dan mulai memasuki daerah yang
berbukit-bukit. Disepanjang perjalanan kutemui segerombolan ibu-ibu
menertawakanku. “ Datang ketempat sepi begini ko sendirian, lagi nyari
yah?!”. Kudengar bisikan kepada ibu-ibu yang lainnya. Ibu-ibu yang bisa
ngerupi di warung-warung perempatan jalan. Ah dasar ibu-ibu kurang
kerjaan!.
Jalan-jalan di kampung Mancak, terutama di temapat Wisata Rawa Danau
Panejoan, idealnya kita harus membawa kendaraan sendiri, sebab kita
bisa kerepotan karena tidak ada angkutan umum yang melewati daerah
tersebut, angkutan umum yang ada hanya miliki rute, jika kita dari arah
cilegon, melewati stasiun Kerenceng, masuk daerah Mancak melewati pasar
Mancak, kantor kepolisi, kantor camat Mancak atau terahir tujuan yaitu;
kampung Kubang perapatan. Hawa sejuk di pegunungan di saat musim
durian. Sepanjang jalan yang ku lewati, ribuan pohon kejar-kejaran.
Pohon rambutan, jengkol, pete, malinjo dan pohon pisang.
Saat memesuki perkampungan, ibu-ibu sedang meusek buah malinjo atau
tangkil merah yang matang. Dibeberapa ada bunyi-bunyian khas yang kompak
dan beraturan. suara tak-tok, tak-tok, suara serempak orang yang
memukul kayu, hampir bebarengan, sejak pagi suaranya seperti berirama
yang kejar-kejaran.
Di gubug-gubug belakang rumah, buruh pembuat emping berkeringat dangan
semangat dan serius. Disampingnya bayi yang masih merah dibedong di
ayunan, tanpa terusik dengan suara yang memekakan telinganya. Kulihat
bayi itu tidur nyenak, mukin sudah terbiasa. KakaKnya berumur 6 tahun,
sedang mengupas tangkil-tangkil yang panas, langsung diambil dari kuali
panas yang diberi pasir di atas tungku, kepul asapnya membuat mata
pedih.
“ Bapaknya mana neng?” Aku ikut mengambil tangkil dari pasir panas di atas tungku.
“ya ampun panas benar!” Aku hampir berteriak sambil melempar tangkil
yang terlanjur ku pegang. Aku jadi teringat waktu kecil dulu, akupun
sering menemani tetanggaku membuat emping, kadang membantu menjemurnya,
pernah mencoba menggunakan palu besar untuk membuat emping, hanya
beberapa pukulan saja tanganku sudah jemper, mungkin karena belum
terbiasa. Bisa bayangkan, sehari mencapai 5 liter atau 6 liter tangkil
yang terkumpul. Masya Allah capeknya!. Tapi bayarnya? Satu liter tangkil
dihargai dua ribu rupiah. Mulai dari pagi hingga sore mereka bisa
mengumpulkan 5 liter. Lima dikalikan dua ribu rupiah jadi sepuluh ribu
rupiah.
Di kampung sebelah,di rumah nde jaya aku menemani ngobrol sambil
menuang air nira dari bumbung bambu ke kuali besi yang berukuran cukup
besar. Nde Jaya dengan keringat mengucur, tanpa mengenakan baju, hanya
memakai celana pangsi hitam yang lusu dan tambalan. Kulitnya hitam
terbakar, tapi senyumnya lebar walau pun tubuhnya kurus dan tenaganya
tidak di ragukan lagi, setiap hari naik turun berpuluh-puluh pohon
kelapa, siang terik, ia mencangkul dan mengelolah sawahnya untuk baiya
hidup dan menyekolakan lima anaknya..
Entri Populer
-
Mancak mempunyai 2 bahasa daerah yaitu SUNDA WIWITAN/KARUHUN sering juga disebut SUNDA BANTEN/BADUY dan Bahasa JAWA CIREBON, Meliha...
-
Cagar Alam Rawa Danau sangat memikat mata. Sepanjang mata memandang, terhampar pemandangan alam yang eksotik. Cagar Alam Rawa Danau m...
-
Sektor pariwisata sangat berperan dalam menunjang pembangunan di Kecamatan Mancak. Dilihat dari potensi alam, kebudayaan dan...
-
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan. If you ...
-
sebuah kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Serang. Sebuah daerah yang subur dan banyak menghasilkan berbagai macam buah-buahan dan sayu...
-
orang mancak: Asal Usul Bahasa MANCAK : "Mancak mempunyai 2 bahasa daerah yaitu SUNDA WIWITAN/KARUHUN sering juga disebut SUNDA BAN...
-
pedro : kang ita teh pendul petey pade di tebaskeun moal???? darto : sok atuh mangga... pedro : sabaraha atuh bade di tebas keuna????? da...
-
orang mancak: Wisata mancak : "Sektor pariwisata sangat berperan dalam menunjang pembangunan di Kecamatan Mancak. Dilihat dari poten...
-
Jangan menolak perubahan hanya karena anda takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya anda merendahkan nilai yang bisa anda capa...
-
orang mancak: Sekilas Pariwisata Panenjoan : "Cagar Alam Rawa Danau sangat memikat mata. Sepanjang mata memandang, terhampar pemandanga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar